RISKIYAH SYAH
AKSI NYATA MODUL1.4
PENERAPAN BUDAYA POSITIF DI
LINGKUNGAN SEKOLAH MELALUI KESEPAKATAN KELAS UNTUK MEWUJUDKAN KARAKTER MURID
BERPROFIL PELAJAR PANCASILA
Riskiyah, S.Pd
CGP Angkatan 5 Kab. Sumenep
A. Latar Belakang
Lingkungan sekolah merupakan tempat mendasar
yang sangat berperan dalam pembentukan
karakter anak. Pewarisan budaya positif melalui lingkungan pendidikan
menjadi kunci keberhasilannya. Oleh karena itu Guru dan warga sekolah mempunyai
peranan yang sangat penting dalam pembentukan karakter melalui penerapan budaya
positif di sekolah.
Budaya Positif adalah perwujudan
dari nilai-nilai atau keyakinan universal dan kebiasaan-kebiasaan yang di
terapkan di sekolah. Nilai-nilai atau
keyakinan universal disepakati bersama kemudian dilaksanakan dengan rasa
tanggung jawab serta berpihak pada anak dengan memperhatikan kodrat alam dan
kodrad zaman agar anak dapat selamat dan bahagia. sebagaimana pemikiran Ki
Hajar Dewantara yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak agar mereka
dapat mencapai keselamatan dan
kebahagian yang setingi-tingginya sebagai manusai ataupun sebagai
anggota masyarakat.
Dalam penerapan budaya yang positif
Guru harus menumbuhkan lingkungan yang positif yang bisa di awali dengan
membuat keyakinan kelas/sekolah serta memahami kebutuhan dasar anak, jika
kebutuhan dasar anak sudah terpenuhi maka anak akan tumbuh dengan seimbang dan
bahagia. Demikian sebaliknya jka kebutuhan anak kurang terpenuhi maka anak akan
mengalami emosi negatif atau bahkan mereka dapat melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan nilai-nilai kebajikan / melanggar peraturan. Dengan kata lain perilaku
buruk seseorang biasanya adalah respon dari kebutuhan yang tidak terpenuhi.
maka dari itu di butuhkan peran kontrol
manajer dan keteladanan dari seorang guru serta harus melakukan segitiga
restitusi agar perkembangan karakter
anak menjadi lebih baik
Upaya penanaman serta penumbuhan
budaya positif merupakan tanggung jawab bersama dan dilaksanakan secara
kontinyu oleh seluruh warga sekolah dan berkolaborasi dengan orang tua serta
masyarakat sekitar agar dapat menciptakan generasi yang berkarakter mulia
sesuai dengan profil pelajar pancasila.
penerapan budaya positif Di SDN
Lenteng Barat I Kecamatan Lenteng salah satunya melalui kegiatan pembiasaan
menyambut anak di pagi hari dengan sapa, salam, salaman, senyum dan santun,
budaya sehat dengan melaksanakan senam pagi, budaya bersih pada hari jumat,
budaya religiuritas dengan membacakan surar-surat pendek dan budaya literasi
yang di laksanakan sebelum pembelajaran di mulai serta membuat keyakinan kelas
yang melibatkan murid kemudian disepakati dan berkomitmen untuk melaksankan
dengan rasa tanggung jawab.
B.Tujuan
1. Menumbuhkan budaya positif dengan
kesepakatan kelas
2. Menumbuhkan sikap tanggung jawab
dalam diri anak
3. Menumbuhkan nilai-nilai profil
pelajar pancasila pada murid dalam kegiatan pembelajaran
C. Tolak Ukur
1. Murid mampu membuat kesepakatan
kelas dan mengaplikasi nilai Profil Pelajar Pancasila dalam proses belajar
2. Murid menerapkan kesepakatan
kelas
D.Linimasa tindakan yang dilakukan
1. Merancang kegiatan aksi nyata dan
melaporkannya kepada Kepala sekolah
2. Melakukan sosialisasi kepada
seluruh warga sekolah meliputi kepala sekolah, guru, murid dan tenaga
kependidikan terkait penumbuhan budaya positif
3. Membuat kesepakatan kelas bersama
4. Menerapkan kebiasaan-kebiasaan
dalam aksi nyata menjadi budaya positif
di sekolah dan Melakukan Refleksi dan evaluasi terhadap pencapaian pada
aksi nyata
E. Dukungan yang dibutuhkan
1. Kepala sekolah SDN Lenteng Barat
I dan SMAN I Lenteng
2. Rekan guru di sekolah dan di luar
sekolah
3. orang tua dan masyarakat sekitar
F. langkah-langkah
langkah-langkah dalam mewujudkan
budaya positif di sekolah secara efektif agar dapat mengembangkan karakter
murid :
1. Mengkomunikasikan rancangan aksi nyata
bersama kepala sekolah dan guru
Kepala sekolah merupakan pemimpin yang memberikan arahan dan masukan, serta dukungan dalam berbagai kegiatan terutama dalam aksi nyata penerapan budaya positif ini. berkat dukungan dari kepala sekolah dan rekan guru saya dapat gambarandan teknis pelaksanaan aksi nyata di SDN Lenteng Barat I Kec. Lenteng Kab. Sumenep
2. Membuat kesepakatan kelas /
Keyakinan Kelas
kesepakatan kelas merupakan sebuah
keyakinan atau nilai kebajikan yang disepakati oleh murid. Guru memberikan
kebebasan kepada murid untuk menentukan nilai-nilai kebajikan apa saja yang
akan menjadi kesepakatan kelas. dengan memberikan kebebasan maka murid
mempunyai tanggung jawab dengan melaksanakannya dengan baik. kesepakatan kelas
disusun dengan sangat mudah dan mudah diterapkannya. Setiap murid diberi
kesempatan untuk memberikan ide kemudian dimusyawarahkan dan disepakati serta lakukan dengan sepanuh
hati
Tahapan menciptakan Program
Kebajikan
- Lihat daftar kebajikan yang telah disusun bersama
- Tentukan nilai-nilai kebajikan yang ingin dijadikan perhatian utama di sekolah Anda. Curah pendapat dalam kelompok.
- Sempurnakan beberapa daftar nilai-nilai kebajikan yang utama, bahas kembali dalam kelompok utama.
- Buatlah poster atau muat di sosial media keyakinan sekolah/kelas Anda.
Pembentukan Keyakinan Sekolah/Kelas:
- Keyakinan kelas bersifat lebih ‘abstrak’ daripada peraturan, yang lebih rinci dan konkrit.
- Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal.
- Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif.
- Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas.
- Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan tersebut.
- Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan keyakinan kelas lewat kegiatan curah pendapat.
- Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu.
Dokumen Kesepakatan kelas
3. Segitiga Restitusi
Restitusi adalah proses menciptakan kondisi
bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali
pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004)
Restitusi juga adalah proses
kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah, dan
membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan
bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996)
Segitiga restitusi ini merupan
langkah yang baik dalam penanganan anak jika melanggar nilai-nilai kebajikan
bukan dengan pemberian hukuman atau penghargaan. melalui pendekatan rstitusi
bukan untuk menebus kesalahan melainkan anak belajar dari kesalahan dan bukan paksaan
tetapi tawaran serta fokus pada solusi. inilah tahapan dalam penerapan
Segitiga Restitusi
a).Menstabilkan Identitas (Stabilize
the Identity)
Bagian dasar dari segitiga bertujuan
untuk mengubah identitas anak dari orang yang gagal karena melakukan kesalahan
menjadi orang yang sukses. Anak yang melanggar peraturan karena sedang mencari
perhatian adalah anak yang sedang mengalami kegagalan.
b).Validasi Tindakan yang Salah
(Validate the Misbehavior)
Setiap tindakan kita dilakukan
dengan suatu tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan dasar. Kalau kita memahami
kebutuhan dasar apa yang mendasari sebuah tindakan, kita akan bisa menemukan
cara-cara paling efektif untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
c). Menanyakan Keyakinan (Seek the
Belief)
Teori kontrol menyatakan bahwa kita
pada dasarnya termotivasi secara internal. Ketika identitas sukses telah
tercapai (langkah 1) dan tingkah laku yang salah telah divalidasi (langkah 2),
maka anak akan siap untuk dihubungkan dengan nilai-nilai yang dia percaya, dan
berpindah menjadi orang yang dia inginkan.
4. Posisi Kontrol Guru
Willam Glasser, Gossen berkesimpulan
ada 5 posisi kontrol yang diterapkan oleh seorang guru.
a) Penghukum
Seorang penghukum bisa menggunakan
hukuman fisik maupun verbal. Orangorang yang menjalankan posisi penghukum,
senantiasa mengatakan bahwa sekolah memerlukan sistem atau alat yang dapat
lebih menekan murid-murid lebih dalam lagi
b).Pembuat Merasa Bersalah
pada posisi ini biasanya guru akan
bersuara lebih lembut. Pembuat
rasa bersalah akan menggunakan
keheningan yang membuat orang lain merasa tidak nyaman, bersalah, atau rendah
diri.
c)Teman
Guru pada posisi ini tidak akan
menyakiti murid, namun akan tetap berupaya
mengontrol murid melalui persuasi.
Posisi teman pada guru bisa negatif ataupun positif. Positif di sini berupa
hubungan baik yang terjalin antara guru dan murid. Guru di posisi teman menggunakan
hubungan baik dan humor untuk mempengaruhi seseorang.
d) Pemantau
Memantau berarti mengawasi. Pada saat kita mengawasi, kita bertanggung jawab atas perilaku orang-orang yang kita awasi. Posisi pemantau berdasarkan pada peraturanperaturan dan konsekuensi.
e) Manajer
Posisi terakhir, Manajer, adalah
posisi di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid
mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi
atas permasalahannya sendiri. Seorang manajer telah memiliki keterampilan di
posisi teman maupun pemantau, dan dengan demikian, bisa jadi di waktu-waktu
tertentu kembali kepada kedua posisi tersebut bila diperlukan. Namun bila kita
menginginkan muridmurid kita menjadi manusia yang merdeka, mandiri dan
bertanggung jawab, maka kita perlu mengacu kepada Restitusi yang dapat
menjadikan murid kita seorang manajer bagi dirinya sendiri. Di manajer, murid
diajak untuk menganalisis kebutuhan dirinya, maupun kebutuhan orang lain.
Disini penekanan bukan pada kemampuan membuat konsekuensi, namun dapat
berkolaborasi dengan murid bagaimana memperbaiki kesalahan yang ada.
Dari kelima posisi kontrol diatas
yang paling sering saya dilakukan adalah posisi penghukum, pembuat rasa
bersalah dan teman namun yang paling dominan posisi kontrol sebagai teman,
posisi kontrol tersebut kurang baik untuk perkembangan karakter anak hal ini
membuka hati saya untuk segera belajar memposisikan sebagai pengambil peran
kontrol manajer karena posisi ini sangat baik dalam menumbuhkan anak menjadi
pribadi yang mandiri, merdeka, dan bertanggung jawab atas segala prilaku dan
sikapnya sehingga bisa menciptakan lingkungan yang positif, nyaman dan aman.
5. Melakukan pengimbasan aksi nyata
budaya positif kepada guru-guru
Saya melakukan pengimbasan budaya
positif berkolaborasi dengan rekan-rekan sesama CGP angkatan 5 Kab. Sumenep
yang di laksanakan di SMAN I Lenteng. Berikut rinci pengimbasan Budaya Positif
a) Judul
Penerapan BUdaya positif di Sekolah
b) Waktu pelasanaan
Hari Rabu, tanggal 24 Agustus 2022
bertempat di aula SMAN I Lenteng
c) Peserta dan Pemateri
Jumlah peserta yang hadir sekitar 25 orang
Adapun Pemateri :
1)
Srihidayati, S.Pd - Guru SMAN I Lenteng
2)
Iman Suhairi, S.Pd - Guru SMAN I Lenteng
3)
Yeyek Ihdal Umam, M.Pd - Guru SMAN I Lenteng
4)
Selviana Ekawati, S.Pd - Guru SMPN 2 Sumenep
5)
Marzuki, S.Pd - Guru SMPN I Kalianget
6) Riskiyah, S.Pd - Guru SDN Lenteng Barat I Lenteng
d) Laman Pembelajaran Online pengimbasan
1) Materi
https://drive.google.com/drive/folders/1diKh_CvGW0rmeIxueJu33IeV0pf5wQjJ?usp=sharing
2) Dokumentasi
G. Pembelajaran yang didapat dari pelaksanaan
- Faktor Pendukungkeberhasilan
Adanya dukungan penuh dari kepala
sekolah, rekan guru, dan orang tua
Adanya sarana prasarana dalam mebuat
kesepakatan kelas dan poster
Sarana prasaran tempat pengimbasan
Melalui kesepakatan, anak dapat
melakukaan kebiasaan-kebiasan yang bisa mencipatakan lingkungan positif hingga
terwujudnya budaya positif
Tantangan
Perbedaan Karakteristik pada anak
yang beragam
Adanya paradigma perubahan dari
budaya lama ke budaya membutuhkan proses hingga pencapaian hasil
H. Penutup
Saya dapat menarik kesimpula setelah
melakukan aksi nyata modul 1.4 Budaya Positif di sekolah melalui berbagai
tahapan sampai pada tahappengimbasan bahwa budaya positif itu sangat penting di terapkan di sekolah agar
lingkungan menjadi aman dan nyaman sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan
serta tumbuhnya karakter baik anak seusia dengan profil pelajar Pancasila.
Dalam mewujudkan budaya positif di
butuhkan kerja sama dari berbagai pihak dan berusaha melaksanakanya secara
kontiniu agar tercipta karakter murid dengan nilai-nilai pelajar pancasila
Keren..mantap
BalasHapus